Syukurilah Pekerjaanmu

Jika melihat orang yang bekerja malas-malasan, tidak bergairah bahkan sambil mengumpat-umpat kerjaan, rasanya pengen diapakan, gitu yah..gemes banget. Sudah punya pekerjaan, dapat rejeki dari situ, malah bekerjanya tidak serius. Coba kalau dia mengalami kejadian seperti yang dialami teman-teman saya...

Sebutlah namanya Andreas, dia lebih senior dari saya. Karena itu kami di kantor biasa memanggilnya abang. Umurnya sudah hampir mencapai 50 tahun. Sebentar lagi sudah usia pensiun. Namun ketika terjadi pengurangan karyawan di perusahaannya, dia termasuk yang diberhentikan dan mendapatkan pemutusan hubungan kerja. Hal itu membuatnya cukup stres. Bang Andreas berulang kali curhat dengan saya bahwa sebenarnya dia tidak siap untuk berhenti kerja.

Berulang kali ia berusaha untuk tetap dipertahankan, bahkan jika dipindahkan ke bagian lain sekalipun. Lebih baik belajar dan tetap bisa bekerja daripada harus berhenti. Begitu pendapat Bang Andreas. Untuk bisnis atau membuka usaha dia merasa tidak punya kemampuan dan pengalaman. Sehingga dia sama sekali belum tahu mau kemana setelah berhenti. Situasi inilah yang memberatkannya. Bahkan sudah sebulan sejak diberhentikan, dia masih belum tahu mau melakukan apa.

Hampir sama dengan Bang Andreas adalah kakak kelas saya sekolah dulu. Dia juga mengalami hal serupa, diberhentikan dari pekerjaannya karena tenaganya sudah tidak dibutuhkan lagi. Namun ia merasa tidak siap untuk tidak bekerja. Jiwanya jadi limbung, semangat hidupnya menurun drastis. Perasaannya galau. Dia tidak tahu harus melakukan apa untuk menafkahi keluarganya setelah berhenti kerja.

Saya rasa masih banyak orang yang mengalami hal serupa. Memang tidak enak kehilangan pekerjaan. Mungkin mirip dengan ribuan orang yang saat ini juga masih sibuk mencari kerja. Sudah melamar kesana sini namun tidak kunjung mendapatkan pekerjaan.

Jika melihat kondisi seperti itu, betapa berharganya pekerjaan kita? Di luar sana banyak orang yang berharap bisa bekerja.

Namun mengapa bagi sebagian kita yang telah memiliki pekerjaan malah sering bermalas-malasan, tidak semangat dan kadang bermain curang. Apakah menunggu kehilangan pekerjaan baru akan sadar betapa bernilainya profesi Anda, sebagaimana baru sadar betapa nikmat sehat ketika datang sakit?

Mari merenung..

Salam persahabatan!


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Lebih baru Lebih lama