Setiap
orang ingin bahagia. Namun nilai kebahagiaan diakui setiap orang bukan hanya
karena materi semata. Itu hanya sebagian dari kebahagiaan. Jika kita tanya
setiap orang apakah dengan tingginya gaji dan banyaknya harta ia bahagia,
mungkin itu hanya sebagian kecil saja. Sebaliknya jika kita tanya kebahagiaan
yang hakiki akan terkait erat dengan kepuasan batin, ketenangan hati, interaksi
sosial yang harmonis, rasa syukur, aktualisasi diri dan yang paling puncak
adalah ‘kerinduan akan ketuhanan’ yaitu keinginan setiap manusia untuk damai di
akhir hayatnya bersama sang Pencipta.
Capaian
materi (rational-goal) adalah
sebagian dari tujuan manusia bekerja. Karena dengan capaian inilah akan
teraktualisasi pemenuhan kebutuhan hidup. Dengannya kita memiliki tempat
tinggal, kendaraan dan standar kehidupan lainnya.
Motif.
Inilah yang menjadi pembeda. Bagaimana memposisikan materi dalam kedudukan yang
sewajarnya. Setinggi gunung emas yang dimiliki belum cukup banyak namun
segenggam beras bisa jadi cukup bermakna. Kepemilikan harta untuk menambah
kesempatan untuk beramal shalih. Biarkan harta ada di tangan tapi tidak di
hati.
Inilah
konsep zuhud, qanaah dan kehidupan seimbang dalam ajaran agama. Mencapai
derajat lebih tinggi dengan menempatkan tujuan pada yang semestinya.
Capaian
ruhani (irrational-goal) lebih kepada
nilai-nilai hakiki sebagai tujuan bermuamalah (bisnis). Mengharap pahala dan
balasan dari Allah, keberkahan hidup, kasih sayang sesama, persahabatan.
Orang-orang yang berdagang dan ia jujur balasannya syurga. Menjalin
silatirahim. Membangun network
mendapatkan limpahan rejeki dan kasih sayang sesama.
Karena
itu membangkitkan spiritualitas dapat dilakukan dengan mengubah motivasi hidup
kita. Mengalihkan keinginan dari low-motive
berupa materi, sensualitas, kekuatan dan gengsi menjadi motif yang lebih tinggi
atau meta-motive, meskipun ia tak
kentara, tapi lebih matang, lebih sehat, lebih beradab dan lebih utama.
Motif
ini adalah keinginan akan kebenaran dan keadilan, kebaikan dan berbuat baik
demi orang lain, keindahan beribadah dalam nilai-nilai Ketuhanan atau yang oleh
Plato diringkas sebagai hal yang baik, hal yang benar dan hal yang indah.
Untuk
membangun nilai-nilai spiritualitas dalam bekerja, dapat dimulai dengan mengembangkan
prinsip-prinsip Spirituality of Busisiness (Muhammad Abdul Gani), beberapa
diantaranya adalah:
1. Menjadikan Tuhan Sebagai Stake-holder
2. Meneguhkan Nilai dan Komitmen
3. Semangat Pengorbanan
4. Memisahkan yang Haq dan yang Bathil
5. Profesi sebagai Ibadah
6. Tawazun (keseimbangan)
7.
Bermanfaat
bagi Sesama