Keseimbangan Diri

The Future Workplace, melalui sebuah survey mengenai Work Life Balance, menyatakan bahwa:
  • Dua dari lima (42%) pekerja muda meyakini bahwa work-life balance membuat mereka lebih produktif saat bekerja dan lebih bahagia dalam hidupnya 
  • Selain itu diketahui bahwa hanya satu dari tiga pekerja dari level yang lebih tinggi yang meyakini bahwa work-life balance dapat meningkatkan produktivitas mereka 
  • 25% pekerja di bagian administrasi dan non-managerial menyatakan bahwa mereka memilih untuk tidak mencampuradukan urusan kantor dan urusan pribadi 
Keseimbangan kehidupan dan pekerjaan atau biasa yang disebut dengan Work Life Balance adalah cara bekerja dengan tidak mengabaikan semua aspek kehidupan kerja, pribadi, keluarga, spiritual, dan sosial.

Keseimbangan kehidupan dan pekerjaan baru dapat dimiliki seseorang, saat dirinya sudah memiliki perasaan cukup waktu dan energi, untuk melayani semua aspek penting di dalam hidupnya. Artinya, dia sudah cerdas untuk melayani dirinya sendiri, pekerjaan, keluarga, Tuhan, dan kehidupan sosialnya.

Seimbang merupakan ciri dari penciptaan mahluk, termasuk juga penciptaan manusia dan alam. Tuhan menciptakan alam secara seimbang dan stabil, sehingga perjalanan alam ini teratur.

Kita bisa melihat perjalanan bulan, matahari, bumi dan bintang secara seimbang dan teratur. Sudah berabad-abad mereka berputar tanpa ada kekurangan atau pergeseran arah sedikitpun, hal karena diatur Allah dengan keseimbangan ciptaan-Nya. Dengan contoh keseimbangan alam tersebut, dapat kita bayangkan keseimbangan yang diberikan dalam penciptaan manusia.

Namun, jika keseimbangan itu tidak dijaga, atau ada pengingkaran terhadap keseimbangan, maka tentu akan berakibat kerusakan. Jika alam ada yang mengingkari keseimbangan, misalnya bumi mengurangi kecepatan perputarannya, maka bumi akan hancur.

Manusia adalah mahluk seimbang sesuai penciptaannya secara fitrah. Salah satu fitrahnya adalah keseimbangan antara potensinya yang dimiliki: fisik, mental, hati dan jiwa. Fisik perlu diberi nutrisi dengan makanan dan minuman. Akal atau mental kebutuhannya adalah ilmu. Kalau akal tidak diisi dengan ilmu maka ia akan mengalami kerugian dan ketidakseimbangan. Hati diisi dengan cinta dan jiwa harus selalu diisi dengan keimanan dengan senantiasa mengingat Tuhan.

Sebagai penutup untuk memahami keseimbangan hidup, perhatikan ini baik-baik:
  • Jika kekayaan bisa membuat orang bahagia, tentunya Adolf Merckle, orang terkaya dari Jerman, tidak akan menabrakkan badannya ke kereta api. 
  • Jika ketenaran bisa membuat orang bahagia, tentunya Michael Jackson, penyanyi terkenal di USA, tidak akan meminum obat tidur hingga overdosis. 
  • Jika kekuasaan bisa membuat orang bahagia, tentunya G. Vargas, presiden Brazil, tidak akan menembak jantungnya sendiri. 
  • Jika kecantikan bisa membuat orang bahagia, tentunya Marilyn Monroe, artis cantik dari USA, tidak akan meminum alkohol dan obat depresi hingga overdosis. 
  • Jika kesehatan bisa membuat orang bahagia, tentunya Thierry Costa, dokter terkenal dari Perancis, tidak akan bunuh diri, akibat sebuah acara di televisi. 
Ternyata, bahagia atau tidaknya hidup seseorang itu, bukan ditentukan oleh seberapa kayanya, tenarnya, cantiknya, kuasanya, sehatnya atau sesukses apapun hidupnya. Tapi yang bisa membuat seseorang itu bahagia adalah dirinya sendiri. Mampukah ia mau mensyukuri semua yang sudah dimilikinya dalam segala hal.
  • Kalau kebahagiaan bisa dibeli, pasti orang-orang kaya akan membeli kebahagiaan itu. dan kita akan sulit mendapatkan kebahagiaan karena sudah diborong oleh mereka 
  • Kalau kebahagiaan itu ada di suatu tempat, pasti di belahan lain di bumi ini akan kosong karena semua orang akan ke sana berkumpul di mana kebahagiaan itu berada 
Untungnya kebahagiaan itu berada di dalam hati setiap manusia. Jadi kita tidak perlu membeli atau pergi mencari kebahagiaan itu.

Sudah. Setuju saja dengan saya. Hehe. []
(dari Buku Muslim Super Hebat)
Lebih baru Lebih lama