Bagaimana Menyikapi Haters?

Bagaimanapun kamu berbuat baik kepada para haters, kamu tetap akan salah di matanya, betul? Misalnya membawakan makanan, memberikan bantuan dalam bentuk apapun, mengambilkan sesuatu yang ia butuhkan, membantu menyelesaikan tugasnya, atau bahkan jika kamu bantu bersih-bersih rumahnya sekalipun, kamu akan tetap dianggapnya sebagai musuh. 

Mengapa seperti itu? Karena, hal-hal yang menjadi pemicu dia memusuhimu itu masih melekat padamu, yaitu kelebihan, ilmu pengetahuan, kekompakanmu dengan teman-temanmu, harta, atau bisa jadi pekerjaan yang kamu punya. Bagaimana pun kamu tidak akan dapat berdamai dengannya selama kamu belum terlepas dari kelebihan-kelebihanmu itu. Orang yang iri hati akan selalu menunggu-nunggu saat kamu terpeleset, menanti-nanti kapan kamu terjatuh, dan berangan-angan suatu saat kamu tergelincir.

Baginya, hari paling indah yang ia rasa adalah hari saat kamu jatuh sakit, malam terindah baginya adalah malam kamu jatuh miskin, dan saat-saat paling membahagiakan baginya adalah hari kamu tertimpa bencana, dan waktu yang paling disukainya adalah hari dia melihat kamu kehilangan teman, gelisah, resah, sedih, dan rapuh.

Momen yang paling menyiksanya adalah ketika ia melihat kamu menjadi kaya raya. Berita paling menyedihkannya adalah ketika kamu meraih keberuntungan dan menjadi orang berhasil. Dan bencana paling besar baginya adalah ketika kamu mendapat promosi.

Tawamu adalah tangisnya, pestamu bisa menjadi  upacara kematiannya, dan keberhasilanmu adalah kegagalannya. Dia akan tidak akan melihat apapun dalam diri kamu, selain kesalahan-kesalahanmu, dia kan selalu menghitung berapa banyak kekurangan-kekuranganmu.

Kesalahanmu yang kecil, baginya lebih besar daripada gunung Merbabu. Kesalahan yang sepele, menurutnya lebih besar dari pembangkangan terhadap perusahaan. Meski kamu cerdas, ia tetap menganggapmu bodoh. Meski kamu rajin, ia akan selalu menemukan saat kapan kamu melanggar disiplin. Meski kamu baik kepada semua orang, baginya kamu adalah hanya mencari muka.
 

Orang yang memujimu akan dianggap sebagai pendusta. Orang yang menyanjung kamu di dekatnya dianggapnya orang munafik. Orang yang memuji kamu di pertemuan-pertemuan kecil dianggapnya orang rendah yang tak tahu etika. Sebaliknya, dia mempercayai orang yang mencela kamu, menyukai orang yang membenci kamu, mendekati orang yang memusuhi kamu, menolong orang yang tidak menyukai dan tidak akrab denganmu.

Warna putih menurut pandanganmu, terlihat hitam baginya. Siang dalam penglihatanmu, malam dalam pandangannya.

Rumit kah?

Cara menghadapinya hanyalah menghindari dan meninggalkannya, menghilang dari pandangannya, menjauhi penglihatannya, dan menyingkir dari dekatnya. Sebab, dia sebenarnya adalah sang penindas yang berpenampilan orang yang tertindas. Ngga perlu membawakannya bunga, takusah memberikan traktiran makan, ngga perlu repot-repot seperti itu, tak ada arti baginya.

Tak usah kamu membalasnya. :)
 
Sudah cukup baginya terasa pahit kerongkongannya akibat banyak menggunjingkanmu, selalu berduka melihatmu, selalu tertimpa kesedihan dan derita-derita tanpa ujung yang selalu ia hadapi. Ia iri atas keberhasilanmu. Ia susah atas senang yang kamu rasakan.

Karena itu, hapuslah kedengkian. Kedengkian hanya akan membunuh kita secara perlahan dan menyakitkan. Lihatlah para haters! Hatinya sempit, jiwanya bergoncang, pikiran pun buram, karena semua telah diliputi rasa khawatir terhadap kesenangan orang lain, sedih terhadap kebahagiann orang lain, dan marah terhadap pujian yang diterima orang lain.

Dengki tidak mengenal usia dan tempat, ia bisa diidap siapa saja dan hidup di mana saja. Orang yang menjadi korban juga tidak memandang usia dan posisi, siapa saja pernah menjadi sasaran kedengkian. Baik itu karyawan, atasan, bawahan, teman kerja, pemilik perusahaan, pebisnis, bos, orangtua, dan sebagainya.
Maka carilah kebahagian hatimu, carilah kesuksesan kamu sendiri, carilah kebaikan-kebaikan dan juga pahala yang berserakan di tempat kerja.  Jangan hiraukan ucapan yang melemahkan, tuduhan yang menggoncangkan, dan fitnah yang membingungkan.
Tetaplah teguh pada keyakinanmu, yakin pada kebaikan yang kamu inginkan. Teguh dan yakin pada tujuan hidup yang telah kamu tetapkan.

::terinspirasi dari buku "Silakan Terpesona" by Dr. Aidh Al Qarni
Lebih baru Lebih lama