Kekuatan Memaafkan


Hari ini sudah ada yang memulai puasa, ada yang besok baru memulai puasa. Salah satu kebiasaan baik yang kita lakukan menjelang bulan Ramadhan adalah saling bermaaf-maafan. Ada yang melakukan secara langsung, bersalam-salaman, sebagian yang oerempuan cipika-cipiki, ada juga yang bermaaf-maafan melalui media sosial. Broadcast bbm, groups what's app atau melalui twitter.

Tentang memaafkan, saya pernah mendapatkan sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar merasa sakit hati tapi dengan tanpa berkata-kata dia menulis di atas pasir;

"Hari ini, sahabat terbaikku menampar pipiku"

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, di mana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu;

"Hari ini, sahabat terbaikku menyelamatkan nyawaku"

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya bertanya, "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?"

Sang sahabat menjawab sambil tersenyum, "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin."

Perselihan dengan rekan kerja. Ini suatu hal yang biasa terjadi. Beda pendapat, pertengakaran kecil, asal masih dalam batas wajar boleh saja terjadi. Namun sebisa mungkin jangan sampai menimbulkan dendam.

Satu pelajaran menarik yang saya dapatkan waktu mengikuti seminar Anything is Possible dan selalu saya ingat sampai sekarang adalah pentingnya belajar memaafkan. Dendam, dengki, iri, sakit hati, hasat adalah beberapa contoh penyakit dalam hati kita. Penyakit ini jika dibiarkan akan menggerogoti energi dalam diri kita. Menyita kekuatan internal kita. Sehingga menimbulkan rasa malas, capek dan tidak memunculkan kreatifitas.

Kita membutuhkan energi yang besar untuk melaksanakan tugas sehari-hari. Motivasi internal akan tumbuh dalam hati yang bersih. Qalbun salim. Hati yang mudah memaafkan. Dengan memaafkan orang lain, hati kita menjadi tenang. Energi kita tidak habis untuk memikirkan orang lain. Sebaliknya kita mempunyai cadangan energi yang besar untuk menumbuhkan kreatifitas dan inovasi. Kekuatan ini bisa berguna untuk menjadi daya dorong kita megejar peluang dan menindaklanjuti prospek.

Lebih penting lagi, hati yang bersih akan menumbuhkan keikhlasan bekerja, mengingat kebaikan orang lain, berikir positif dan dekat dengan Tuhan. Memaafkan menjadi salah satu terapi untuk melonjakkan kekuatan spiritual kita.

Manfaat positif dari continuous relationship mungkin sekali jauh lebih besar ketimbang kekecewaan masa lalu. Ingatlah bahwa nobody's perfect.

Belajarlah menulis di atas pasir.

Coba luangkan waktu Anda untuk sekali lagi memikirkan orang-orang yang pernah Anda benci atau pernah menyakiti. Ingatlah kata-kata mereka yang menyakitkan Anda, kemudian tenangkan batin Anda. Dan katakan dalam hati, aku telah memaafkanmu![]
Selamat menjalankan ibadah puasa.

Ingin ngobrol dengan saya? Follow twitter @jumadisubur
Lebih baru Lebih lama