The "Tukang Becak" Way

Dalam sebuah kesempatan diskusi dengan sesama trainer, saya bertemu dengan beberapa trainer hebat dari Komunitas Sukses Mulia yang dipelopori oleh Jamil Azzaini (yang dikenal sebagai Inspirator Sukses Mulia) dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satu yang saya ingat adalah cerita yang disampaikan seorang trainer muda dari Jakarta bercerita tentang bagaimana seorang tukang becak bisa memaksimalkan peran sehingga ia menjadi sukses.

Tony Yansen, trainer yang juga sahabat saya dari Jakarta ini menceritakan dengan demonstratif sambil mempegaragakan bagaimana tukang becak di sebuah pasar tradisional sedang bekerja.

Tukang becak pertama menunggu giliran sambil tiduran di atas becaknya. Ketika ada panggilan ia menghampiri calon penumpang dan selesai tawar menawar sepakat ia akan mengantarkan penumpang, seorang ibu setengah baya yang membawa belanjaan cukup banyak. Si tukang becak hanya memegangi roda belakang dan menunggu enumpang naik sambil membawa semua barang bawaan. Lalu ia mengayuh becak dengan terengah-engah hingga sampai ke tujuan. Setelah si Ibu turun, membayarnya, tukang becak kembali ke pangkalan lalu tiduran lagi menunggu giliran.

Tukang becak kedua, ketika menunggu giliran, ia membaca koran, mendengarkan radio yang menyiarkan tips-tips bermanfaat, baik tentang kesehatan, tentang keluarga bahkan tips motivasi dan pengembangan diri..:). Hebatnya lagi, ia sering membawa buku-buku dan membacanya ketika menunggu giliran atau sedang menanti penumpang yang minta ditunggu.

Ketika ada calon penumpang ia menghampiri dengan senyum ramah, memberikan harga standar sesuai dengan kewajaran, membantu membawa barang bawaan penumpang, memudahkan naik becak, ramah dan akrab sewajarnya dengan penumpang, bahkan jika telah sampai tujuan ia membantu membawa barang bawaan hingga ke rumahnya. Tidak jarang ia menyapa orang-orang yang ditemui. Di mudah akrab dengan siapapun.

Tukang becak ini benar-benar menerapkan konsep service excellent. Memberikan pelayanan melebihi ekspektasi pelanggan. Dan imbal balik dari itu semua, tidak jarang ia mendapat tip tambahan dari penumpang, melebih dari tarif yang harus dibayarkan.

Dengan cara kerja seperti ini dan kebiasaan positif yang ia lakukan, ia berhasil mendapatkan penghasilan 50-70 persen lebih banyak dari tukang becak yang lainnya. Dengan jam kerja yang sama, dengan profesi yang sama, mangkal di tempat yang sama, volume pekerjaan yang sama, namun ia mendapat hasil yang berbeda.

Apa yang membedakannya?
Ya. Ia bekerja sedikit lebih baik dari tukang becak yang lainnya. Ia memiliki sikap positif untuk mengisi waktu-waktu luangnya.

Dengan penghasilan 50-70% lebih tinggi dari tukang becak yang lain, apakah ia sudah bisa dibilang sukses? Anggaplah penghasilan rata-rata tukang becak adalah 40 ribu perhari, berarti tukang becak ini bisa mendapatkan penghasilan 60-70 ribu sehari. Boleh jadi penghasilannya tidak seberapa dibanding dengan pekerja kantoran. Apalagi jika dibanding pengusaha-pengusaha besar, atau orang sukses lainnya, tentu tidak sebanding.

Namun, jika dibanding dengan sesama penarik becak, bisa jadi dia adalah orang paling sukses. Bisa jadi ia paling unggul. Keunggulannya adalah bagaimana ia bisa melakukan pekerjaan dengan kualitas yang berbeda dari teman-temannya. Bagaimana ia mengoptimalkan waktu yang dimiliki dengan cara yang berbeda. Dan dengan pemahaman yang baik tentang pekerjaannya itu, ia mendapatkan hasil yang jauh lebih besar dari teman-teman se-profesinya.

Jika tukang becak bisa memaknai pekerjaan dengan sebegitu baiknya, saya yakin kita bisa jauh lebih baik dari itu. Bisa?

Bagaimana menurut Anda?

Lebih baru Lebih lama