Untuk Siapa Kita Bekerja?

Suatu ketika kita membantu pekerjaan teman, yang sebenarnya itu bukan pekerjaan kita. Hanya membantunya. Setelah selesai dan dia berhasil, bahkan KPI nya tercapai dan karena itu juga dia kemudian mendapat imbalan yang baik, nilai yang lebih baik dari kita. Atau bisa jadi dengan hasil tersebut dia kemudian mendapat bonus yang lebih baik dari kita, atau bahkan dipromosikan menduduki jabatan yang lebih tinggi.

Namun ternyata setelah itu teman kita tersebut lupa dengan kita. Jangankan mengucapkan terima kasih atas bantuan kita, menyebut-nyebut saja tidak. Atau malah bisa jadi sebaliknya, dia merasa semua pekerjaan itu murni hasil kinerjanya, tanpa ada bantuan seorang pun. Dan yang lebih sadis lagi, dia kemudian membuat cerita yang menjelek-jelekkan kita. Dia malah membuat fitnah tentang kita, mengabarkan sesuatu keburukan yang tidak pernah kita lakukan.

Bagaimana Anda mengalami hal seperti itu?

Sedih bukan main rasa hati Anda. Rasanya sudah tidak kurang anda membantu orang tersebut dalam berbagai kesulitan pekerjaannya. Lalu mana imbalan baiknya ? Mana ucapan terima kasihnya ? Mana apresiasi positifnya ? Mengapa justru ia melempar fitnah dan tuduhan kemana-mana ? Saat mengalami kejadian seperti itu, apa yang akan anda lakukan ?

“Kalau begitu, selamanya saya tidak akan membantu dia lagi. Tidak ada gunanya saya membantu orang yang tidak mengetahui balas budi”.

“Menyesal sekali saya membantunya selama ini. Ternyata dia orang yang tidak layak dikasihani, justru sekarang dia memusuhi”.

“Anda saja saya tidak membantunya selama ini, itu akan lebih baik bagi saya. Karena sudah banyak membantu, masih juga difitnah”.

Jika itu yang Anda lakukan, sangat disayangkan. Anda kalah di titik ini.

Siapapun orangnya jika bekerja dan berbuat baik dengan penuh harapan akan mendapatkan apresiasi positif dari manusia, bisa dipastikan kita akan mengalami kekecewaan yang teramat fatal. Karena bisa jadi, pekerjaan dan perbuatan baik tersebut tidak mendapatkan apresiasi seperti yang kita harapkan. Bahkan bisa jadi, mereka yang kita bantu, justru menjadi orang yang membenci dan memusuhi kita.

Kita tidak perlu merinci sebab-sebabnya, mengapa apresiasi yang kita harapkan ternyata tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Tidak perlu kita korek sebab-sebabnya. Namun kita lebih fokus kepada pertanyaan yang lebih substansial, untuk siapakah kita berbuat kebaikan ? Untuk siapakah kita bekerja ?

Jika kita bekerja untuk atasan kita, maka sadarilah bahwa atasan kita kadang lengah dalam menilai. Jika kita bekerja untuk mendapatkan apresiasi atau ucapan terima kasih, ketahuilah bahwa tidak semua orang mengungkapkan terima kasihnya.

Yang terbaik bagi kita adalah mari bekerja untuk Sang Maha Pemberi Rejeki, maka Dia tidak akan lupa memberikan apresiasi-Nya. Dia Yang Maha Sempurna. Yang bisa memberikan apresiasi secara tepat dan adil. Yang bisa memberikan balasan bahkan secara berlipat, dan tanpa batas. Yang tidak pernah memiliki kekurangan. Yang tidak memiliki keterbatasan. Dia Maha Membalas segala perbuatan.

Jadi jika Anda merasa bahwa apa yang Anda kerjakan saat ini tidak mendapatkan apresiasi yang sesuai harapan, dan itu membuat kecewa, patah arang, menggerutu bahkan mencaci perusahaan atau atasan Anda. Bisa jadi Anda harus memaknai kembali satu hal, untuk siapa kita bekerja?

Semoga sukses!


Lebih baru Lebih lama