3 Pertanyaan

Sebuah kisah dari mitologi Yunani, inilah Sisyphus, raja daerah Corinth. Sisyphus yang melihat Zeus membawa lari Aegina, putri Asopus, lalu mengadukannya kepada sang dewa sungai. Zeus yang sangat murka kepada Sisyphus lalu menghukumnya dengan cara menjebloskan putra Aeolus ini kedalam Tartarus, alam bawah tanah paling bawah. Mungkin mirip neraka paling dasar.

Di dasar bumi itu ia mendapat hukuman yang sangat menyiksa. Sisyphus harus mendorong batu besar menuju sebuah bukit, hanya untuk melihat batu itu jatuh kebawah saat di puncak. Dan ia harus mengulangi proses mendorong batu itu, mulai dari bawah lagi. Terus menerus. Tak pernah putus.

Bagaimana Anda menafsirkan kisah Sisyphus ini? Albert Camus dalam The Myth of Sisyphus menganggap jika Sisyphus adalah symbol pencarian eksistensi kehidupan manusia. Sebuah kondisi penuh hukuman dimana kematian bisa menjadi jalan keluar. Sayangnya, Sisyphus harus berurusan dengan keabadian. Dan apa yang lebih menyiksa dari melakukan pekerjaan tanpa makna selamanya?

Yang jelas Sisyphus adalah sebuah symbol kesia-siaan. Perjuangan yang tidak menghasilkan, dan hanya berakhir pada kekosongan. Tragedi Sisyphus adalah cerminan kehidupan yang terus menjadi siklus. Tapi benarkah Sisyphus adalah sebuah symbol penderitaan?

Di jalan modern ini, seorang pekerja setelah seharian bekerja dia pulang ke rumah dan beristirahat untuk esok harinya kembali bekerja lagi begitu seterusnya. Bagi karyawan yang kurang motivasi, hari-hari kerjanya sama seperti siksaan dalam kisah Sisyphus. Pekerjaan rutin terasa membebani (batin) dan membosankan karena berulang-ulang.

Namun sadarilah bahwa kita berbeda dengan Sisyphus. Kita diberi modal kesadaran oleh Tuhan. Kita diberikan akal dan kecerdasan, seharusnya kita bisa mencari makna lebih dalam dari keseharain kita. Apa yang dilakukan Sisyphus mungkin seperti apa yang kita lakukan setiap hari: bangun, pergi bekerja, pulang ke rumah, tidur, untuk bangun dan melakukan rutinitas yang sama setiap hari, tanpa tahu apa yang sebenarnya kita cari dalam hidup ini.

Absurd?

Agar tidak mengalami absrditas dalam hidup dan menguatkan motivasi untuk menemukan kebahagiaan, sebagai seorang pegawai atau karyawan yang bekerja setiap hari mesti dapat mengubah penghidupan. Mulai menegakkan kebiasaan yang lebih meningkatkan kebahagiaan dan gairah kerja. Dan memicu paradigma berpikir positif yang mengobarkan semangat. Mulailah dengan menanyakan beberapa pertanyaan sederhana.

1) Apa yang Anda rasakan ketika bangun di pagi hari?
Malas, ogah-ogahan, mengutuk hari, mematikan alarm, mengeluh, menyalahkan semua keadaan, mengumpat kemacetan, mengelurkan tumpukan pekerjaan. Lalu menganggap bahwa begitu berat pekerjaan ini harus Anda lakukan...

Sungguh memprihatinkan.

Coba bandingkan dengan orang-orang yang memenuhi hidupnya dengan semangat. Membayangkan betapa penting perannya bagi keluarga, orang-orang sekitarnya dan bagi kehidupannya. Tipe orang ini akan selalu mencari makna dalam kehidupannya. Menetapkan intensi setiap awal hari, dengan niat menebar manfaat bagi sesama.

2) Ketika mengakhiri hari, tanyakan pada diri, apa yang telah kita buat hari ini?
Adakah sesuatu di hari itu yang membuat kita puas atau bahagia? Kalau sulit menemukan satu hal saja yang bisa disyukuri atau minimal membuat satu senyuman di hati, maka saatnya mengevaluasi tindakan-tindakan kita, tempat dimana kita berada, siapa saja yang kita temui dan kejadian apa yang kita dapati.

Perlu juga kita evaluasi, siapakah mereka yang mengelilingi kita dan akan mempengaruhi kebahagiaan dan masa depan kita dalam beberapa tahun lagi. Waspadalah terhadap orang-orang yang berpikir negatif dan suka mengkritik atau menghina tanpa saran yang membangun. Bijak dalam bergaul dan mencari teman.

Nabi Muhammad bersabda salah satu sumber kebahagiaan adalah lingkungan yang baik. Jadi carilah teman yang mengantar kita pada kebaikan.

3) Apakah yang kita lakukan sudah on the track, sesuai visi hidup?
Sudah di arah yang benar dalam pengejaran kebahagiaan kita? Sudahkah sesuai dengan life-map kebahagian yang kita buat? Jangan ragu untuk mengubah arah penghidupan daripada kita mesti menjalani siksaan seperti Sisyphus, melakukan pekerjaan yang tanpa arti.

Kita bisa meniru perjuangan Sisyphus, tapi bukan mencontoh kebodohannya. Mari kita meniru perjuangannya mendaki bukit kesadaran. Berusaha menemukan rahmat Tuhan. Meski jalan kesana teramat jauh. Meski seringkali kita jatuh. Tapi itulah hidup. Iman membutuhkan pembuktian. Kebaikan membutuhkan pengorbanan. Dan cinta membutuhkan perjuangan. Terus menerus. Tak pernah putus.[]

Terus semangat!
Follow saya @JumadiSubur




Lebih baru Lebih lama