Menepati Janji

Hervin merasa kesal. Gara-garanya sederhana, hari ini mereka telah berjanji untuk makan bersama. Namun sekali lagi gagal. Antin yang menjanjikan akan mentraktir mereka ternyata ada janji dengan orang lain. Rudi juga tiba-tiba menghilang entah kemana. “Janji tinggal janji….” Gerutunya. Panji yang ada didekatnya mencoba meredam “Ya, kan mereka ada janji juga dengan orang lain, kali aja urusannya lebih penting.” “Makanya kalo janji jangan asal ucap, pikir dulu ….” Ungkapnya kesal.

Janji adalah hutang. Hampir semua orang faham akan ungkapan ini. Namun betapa banyak orang yang tidak merasa berhutang dengan janji yang pernah ia sampaikan.

Seorang sales juga sering memberikan janji-janji kepada calon pembelinya. Perusahaan memberikan janji pelayanan kepada pelanggannya. Seorang atasan juga acap kali memberikan janji kepada bawahannya. Apabila mencapai jumlah penjualan tertentu maka yang bersangkutan akan diberikan hadiah. Jika berhasil melaksanakan program tertentu maka akan diberikan apresiasi ini dan itu.

Tidak luput pula kita sebagai profesional hampir tidak menyadari berapa banyak janji yang telah kita ucapkan kepada customer kita. Mulai dari janji pertemuan, janji untuk memberikan souvenir atau kenang-kenangan lainnya.

Dan semua janji itu harus ditepati. Agama sangat memperhatikan pentingnya janji ini. Sekaligus tawaran balasan yang baik untuk orang-orang yang menepati janji.

Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.”

Harus disadari bahwa kemampuan kita menepati janji adalah kredibilitas kita dihadapan orang lain. Tingkat kepercayaan orang terhadap kita sangat tergantung kepada seberapa kuat komitmen kita untuk menepati janji. Seperti para politisi yang ditinggalkan konstituennya ketika mengingkari janji politik dalam kampanyenya, maka bersiaplah kita ditinggalkan pelanggan jika kita mengingkari janji kita kepada mereka. Bersiap pula pemimpin kehilangan kredibilitas dimata bawahannya ketika ia tidak menepati janjinya.

Inilah pentingnya membangun sebuah kepercayaan. Semua berawal dari janji.
Lebih baru Lebih lama