Apakah Pekerjaan Kita Membosankan?

Sebuah kisah nyata diceritakan seorang pekerja di sebuah hotel berbintang di Singapura, namanya Pak Lim. Beliau adalah seorang yang tidak muda lagi, usianya menjelang 60 tahun, namun ia terlihat masih sangat antusias bekerja.

Pekerjaannya sederhana, petugas room maintenance dengan rutinitas tugasnya mengecek grendel pintu kamar hotel. Setiap hari ia harus menlakukan pengecekan grendel pintu semua kamar, satu per satu. Meyakinkan bahwa semua kunci, engsel dan handle pintu berfungsi dengan baik. Setelah dilakukan check list, ia mencatat pada lembaran kontrol yang telah disediakan.

Setiap hari ia bisa menyelesaikan rata-rata 30 pintu. Hotel tempat ia bekerja memiliki 600 kamar berbagai level kelas. Jika hari ini ia mengecek kamar 1001, 1002, 1003 begitu selanjutnya, selesai lantai yang satu, ia teruskan ke lantai berikutnya. Sehingga tepat sebulan ia baru menyelesaikan pengecekan semua kamar hotel. Dan bulan berikutnya ia kembali ke kamar semula. Begitu seterusnya. Berulang setiap bulan. Dan ia sudah melakukan pekerjaan itu bertahun-tahun lamanya.

Pekerjaan yang cukup membosankan, bukan?
Pekerjaan yang hanya sebuah lingkaran, berulang begitu setiap hari, setiap bulan. Rutin dan membosakan.

Suatu saat ada tamu hotel yang sempat bertemu Pak Lim. Ternyata tamu ini sempat mengamati pekerjaan Pak Lim.

Tamu dari Indonesia itu bertanya,"Pak Lim apa tidak bosan dengan pekerjaan yang monoton seperti itu?"

"Tidak!." tegas Pak Lim. "Saya justru bangga dengan pekerjaan ini."

Lalu Pak Lim menjelaskan bahwa ia begitu bangga dengan profesinya dan justru ia senang dengan pekerjaan ini. Ia lalu memberi ilustrasi tentang pekerjaannya.

Anda bayangkan. Hotel ini adalah hotel berbintang dan bertaraf internasional. Orang yang menginap disini rata-rata adalah manager senior di perusahaan dari berbagai negara, pejabat publik atau pimpinan perusahaan besar. Sesuai dengan jabatannya, pastilah mereka orang penting. Orang andalan di perusahaannya, pemimpin dari puluhan atau ratusan orang di bawah organisasnya, juga orangtua atau andalan keluarga mereka.

Nah, jika mereka menginap di hotel ini, lalu ada sesuatu kejadian di luar dugaan, misalnya kebakaran, terus gara-gara grendel pintunya tidak berfungsi dengan baik, bisa saja mereka menjadi korban. Berapa banyak orang yang sedih ditinggalkan pemimpinnya, atau perusahaan yang kehilangan orang terbaiknya, atau keluarga yang kehilangan tumpuan harapan mereka?

"Jadi pekerjaan saya bukan hanya sekedar rutinitas pengecekan grendel pintu. Pekerjaan saya adalah melindungi orang-orang terbaik dari bahaya yang tidak seharusnya terjadi." Pak Lim menjelaskan.

Sekarang mari merenung, bagaimana kita memaknai pekerjaan atau profesi yang kita jalani saat ini?

Jika kita memahami makna profesi kita, pasti pekerjaan tidak akan terasa membosankan, seberapa rutin pun pekerjaan itu. Pasti kita akan lebih enjoy dalam bekerja. Selain itu, dengan pekerjaan rutin yang dapat kita maknai dengan baik, kita dapat bertumbuh untuk menjadi ahli di bidang tersebut. Dan yang lebih penting lagi, semua pekerjaan yang halal, tentu saja sangat berpeluang untuk dijadikan amal kebaikan. Bisa jadi pekerjaan itu adalah ladang ibadah yang berpotensi menjadi ladang amal kebaikan bagi kita.[]

Salam Persahabatan.
@jumadisubur

Lebih baru Lebih lama