Penakluk Kolektif

Salah anggapan atau kesalahan persepsi yang sering terjadi ketika membaca biografi para penakluk adalah bahwa mereka itu superhero yang bekerja sendiri. Padahal bukan. Mereka orang biasa seperti kita. Hanya mereka punya beberapa kelebihan. Dan mereka tidak mencapai hasil puncak sendirian. Mereka tidak bekerja sendiri. Mereka hanya memberikan sentuhan akhir.

Muhammad Al Fatih memang penakluk. Tapi ia tidak sendiri. Ada 250 ribu pasukan terbaik yang menyertainya. Ada para panglima di berbagai front. Ada teknologi terbaik yang mensupportnya. Ada sistem penyerangan, sistem pertahanan, logistik dan teknik-teknik yang telah terujicobakan sebelumnya. Ada dukungan spiritualitas yang kuat dari banyak elemen umat yang mendukungnya.

Kemenangan Salahudin Al Ayubi tidak diraih sendirian. Ada perlawanan pendahuluan selama 90 tahun sebelumnya. Ada percobaaan penaklukan lebih dari 8 kali yang ia lakukan bersama pasukannya. Kemenangan itu bahkan bisa disebut sebagai kemenangan beberapa generasi.

Demikian pula dalam bisnis. Imperium bisnis tercipta bukan oleh satu orang owner atau direkturnya saja. Namun melibatkan banyak orang disana. Bahkan melibatkan banyak generasi. Sebutlah imperium bisnis yang ada di dunia atau di Indonesia saat ini. Pasti bukan diciptakan oleh satu orang saja.

Kemenangan besar dalam sejarah, pencapaian puncak dalam imperium bisnis memang tidak dapat diselesaikan oleh seorang penakluk saja. Banyak orang terlibat dalam prosesnya. Akan tetapi seorang penakluk tercatat namanya dalam sejarah karena ia memberikan kontribusi yang lebih besar dari yang lainnya. Walaupun begitu, kontribusi besar tidak akan bisa ia berikan tanpa support dari tim di bawahnya.

Disinilah kita belajar penaklukan kolektif. Kita perlu tim dalam membangun kerajaan bisnis. Kita perlu komunitas dalam melakukan perubahan kultural. Kita perlu energi besar dari banyak expert untuk melakukan perubahan. Kita perlu energi kolektif. []
Lebih baru Lebih lama