Menikmati Pekerjaan

Bangun difajar subuh dengan hati seringan awan
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan.
Istirahat diterik siang merenungkan puncak getaran cinta. Pulang dikala senja dengan syukur penuh dirongga dada. Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari. Dan sebuah nyanyian kesukuran terpahat di bibir senyuman

(Kahlil Gibran)


Setiap hari kita menghabiskan banyak waktu untuk bekerja. Ada yang bekerja di kantor, di warung, di toko, bengkel, terminal, di jalan sebagai sopir, di pasar, sawah, lapangan atau di manapun kita berada. Hampir sepertiga waktu kita habiskan untuk bekerja, bahkan lebih.

Beruntung orang yang mempunyai pekerjaan. Apapun profesinya itu asalkan baik dan halal merupakan upaya yang benar untuk mencari nafkah. Setidaknya, lebih mempunyai aktivitas dalam mencari penghasilan dibanding dengan (maaf), seorang pengangguran. Namun, ada kalanya orang bekerja dibawah tekanan, dalam arti tidak merasa nyaman ketika melakukan pekerjaan itu. 


Seorang karyawan misalnya, rata-rata ia akan menghabiskan waktu 8 jam setiap hari. Waktu yang sangat panjang dan melelahkan bila kita tidak menikmati pekerjaan, tidak nyaman, tidak bersemangat, apalgi sedih, malas, lesu bahkan mengantuk. Orang yang dalam keadaan seperti ini tidak memiliki produktivitas. Bahkan dipaksa sekalipun hanya akan membuang waktu dan tenaga, karena hasilnya tidak akan maksimal.

Bosan, jenuh dan tidak menikmati pekerjaan adalah hal yang biasa terjadi dalam kehidupan manusia. Apalagi jika pekerjaan sudah menjadi rutinitas semata. Business as usual. Perasaan tidak nyaman dengan keadaan, rekan sekerja atau atasan, dalam keadaan tertentu kerap menjadi faktor pemicu kejenuhan. Tinggal bagaimana kita menyiasatinya agar hal tersebut tidak berlarut-larut dan menghambat produktivitas kita.

Dari beberapa literatur dan pengalaman dalam bekerja, ada beberapa tips yang mungkin bisa membantu kita bahagia menikmati pekerjaan kita.. Mudah-mudahan kita bisa menikmati pekerjaaan. Penghasilan dapat, hatipun senang.

1. Yakinlah bahwa bekerja adalah ibadah
Sebagaimana ajaran semua agama, bahwa bekerja adalah ibadah. Hal ini terkait dengan niat kita, apa yang kita lakukan, peras keringat, banting tulang, ketika diniatkan untuk ibadah, insya Allah akan memberikan semangat tersendiri dalam hati dan diri kita.

Seorang kepala keluarga misalnya, sungguh mulia jika niatan ini selalu ada dalam hatinya. Setiap melangkahkan kaki menuju tempat bekerja, ia niatkan untuk ibadah, mencari nafkah agar bisa menunaikan kewajiban dalam keluarganya, membantu sesama dan menguatkan ibadahnya. Hati menjadi ringan ketika melakukan pekerjaan. Ingat tentang etos kerja karyawan brilian di bagian awal buku ini.

2. Cintailah pekerjaan Anda
Jika kita mencintai sesuatu maka kita akan senang melakukan apapun untuknya. Demikian juga dalam bekerja. Berusahalah untuk mencintai pekerjaan Anda. Menjiwai apapun pekerjaan yang Anda lakukan akan menumbuhkan kecintaan pada profesi yang Anda jalani. Nikmatilah apapun yang bisa Anda lakukan untuk pilihan pekerjaan Anda.

Bila anda tetap saja tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan di lingkungan pekerjaan. Maka pekerjaan itu pun jadi menggembirakan. Bila anda tak bisa mencintai rekan-rekan kerja anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor anda. Ini mendorong anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi.

Namun, bila anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apa pun yang bisa anda cintai dari kerja anda: tanaman penghias meja, cicak di atas dinding, atau gumpalan awan dari balik jendela. Apa saja.

3. Jalinlah persaudaraan di lingkungan kerja.
Tidak jarang dalam lingkup kerja, kita bertemu dengan orang-orang yang berbeda-beda suku dan agama, datang dari tempat yang jauh dan sama-sama merantau. Kita memang tak saling kenal sebelumnya. Tetapi alangkah indahnya ketika kita memperlakukan rekan kerja sebagai seorang saudara.

Dengan menganggap rekan kita sebagai saudara, akan sulit bagi kita untuk terlalu iri, saling curiga berlebihan, apalagi saling menjatuhkan. Tak akan terbesit sikap demikian karena sama saja dengan manghancurkan saudara sendiri. Kalau kita melihat sesama karyawan misalnya melakukan kesalahan, tentu tak ada sikap lain bagi kita untuk mengingatkannya, tentunya dengan cara personal dari hati ke hati, bukan di tempat umum karena bisa menyakitkannya. Atau jadikan atasan sebagai perantara untuk mengingatkan. Dengan ketulusan, hal seperti ini akan menumbuhkan keindahan.

4. Ciptakan suasana yang nyaman.
Ciptakan suasana yang nyaman dalam setiap situasi kerja Anda. Ruang kerja, dekorasi ruangan maupun suasana interaksi antar sesama. Membangun komunikasi empatik juga cara yang baik menciptakan kenyamanan. Seperti saling menanyakan kabar baru, menjaga seyuman dan sapaan-sapaan ramah lainnya, termasuk canda tawa kadang diperlukan asalkan tak berlebihan. Ada canda tawa yang membuat suasana cair, tak hanya di level bawah, jajaran pimpinan pun kerap terlibat dalam canda tawa itu sehingga suasana kantor mengasyikkan. Begitulah, hari-hari begitu menyenangkan

Sesekali pergilah bersama rekan kerja Anda, nonton bareng, nge-bakso atau jalan-jalan Nikmati kebersamaan dan rasakan kenyamanan itu. []
Lebih baru Lebih lama