Belajar dari Penjual Roti

Cerita hari ini tentang tukang roti yang banyak berkeliling di gang-gang atau jalan kampung dan di komplek perumahan rumah kita. Banyak kan penjual rotinya? Ada yg menggunakan becak, gerobak dorong, sepeda atau sepeda motor.
Seorang penjual roti menjelajahi blok-blok perumahan baru. Semula hatinya cukup optimis untuk mendapatkan pelanggan di situ. Setiap hari, sejak subuh sampai matahari setinggi tatapan, ia berkeliling sambil berteriak dan membunyikan klakson motornya. Sudah tujuh hari ia berputar-putar, namun tak seorang pun mau
membeli. Bahkan membuka pintu pun tidak.  Penjual roti itu agak kecut. "Mungkin penghuni perumahan ini tak membutuhkan roti untuk sarapan," begitu pikirnya. Lalu ia memutuskan untuk berpindah ke lain tempat.

Keesokan hari, penjual roti yang lain memasuki perumahan itu. Baru ia membunyikan satu dua klaksonnya, beberapa ibu keluar, memanggil dan membeli roti untuk makan pagi. Ibu-ibu bercerita baru dua tiga hari ini mereka sadar bahwa sarapan roti ternyata bisa memudahkan pekerjaan pagi mereka.
Kini mereka memutuskan untuk membeli roti.
Sadarkah kita, betapa tipisnya jarak antara keputusasaan dan keberhasilan. Seandainya kita cukup bersabar bahwa belajar adalah sebuah proses bersama waktu, kita akan memetik hasilnya di waktu yang tak kita duga-duga. Yakinlah bahwa setiap proses akan membuahkan hasil. Man Jadda wa Jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.
Bagaimana menurut Anda?
Lebih baru Lebih lama