Konsumsi Jiwa

Akhir pekan biasanya saya manfaatkan untuk melakukan aktivitas. Salah satu kegiatan rutin pekanan kami adalah berkumpul dalam kelompok diskusi salah satu lembaga sosial yang ada di kota kami. Memang secara rutin kami melakukan pertemuan seminggu sekali untuk saling bertukar pikiran membahas agenda-agenda kegiatan di masyarakat.

Salah seorang anggota forum diskusi, sebutlah namanya Hafiz, tiba-tiba malam itu curhat. Bukan karena galau, namun ia curhat karena merasa bahagia bisa bersama kelompok ini. Karena dia merasa mendapatkan sesuatu yang tidak bisa didapatkan di tempat lain, baik di kantor maupun di rumah. Karena sebagai seorang ayah dari 2 orang yang mulai beranjak remaja. Ia membutuhkan apa yang disebutnya nutrisi jiwa.

Apa itu yang dimaksud Hafiz dengan nutrisi jiwa?

Menurutnya, kita semua, manusia, diberikan bekal oleh Tuhan dengan 3 potensi utama yang dilambangkan 3H : head, hand dan heart. Head melambangkan akal, hand melambangkan kekuatan fisik atau jasad dan heart melambangkan jiwa atau ruhani.

Ketiga potensi ini seharusnya diberikan konsumsi yang seimbang. Agar potensi tersebut selalu bisa dioptimalkan dalam mencapai keinginan kita dalam hidup.

Jika kebutuhan jasadi kita telah kita berikan konsumsi dengan makanan yang halal, sehat dan baik sesuai selera. Dan juga kita rutin berolahraga untuk menjaga kebugaran.

Jika kebutuhan intelektual sejak dulu selalu kita berikan konsumsi yang cukup dan masih selalu diupgrade setiap harinya. Dengan pendidikan, melalui pelatihan, bacaan buku-buku dan dengan informasi-informasi yang berguna.

Maka bagaimana dengan konsumsi jiwa kita. Sudahkah kebutuhan ruhani kita berikan konsumsi yang cukup setiap harinya? Berapa waktu yang kita gunakan untuk mengasah keimanan kita? Berapa waktu yang kita sediakan untuk kebutuhan nutrisi jiwa? Berapa lama kita ibadah, apakah kualitas ibadah kita selalu tertingkatkan setiap harinya?

Dan itulah yang sedang dirasakan Hafiz. Di komunitas yang ia ikuti, paling tidak seminggu sekali ia mendapat konsumsi bagi jiwa. Ikut kajian rutin, belajar agama, saling mengingatkan dalam hal keimanan, bersama-sama membuat program kepedulian bagi sesama dan agenda llainnya dalam komunitas membuatnya merasa lebih berguna.

Ia sadar bahwa hidupp bukan hanya untuk dirinya dan keluarganya. Tapi hidupnya juga harus bermanfaat untuk lingkungan, negara dan juga agamanya.
Sudahkah memperhatikan konsumsi bagi jiwa kita?

Salam persahabatan!
Silaturahim dengan saya di twitter, follow @jumadisubur


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Lebih baru Lebih lama