Sama-sama di-PHK

Randy hari ini bangun sangat pagi. Sebelum jam 3 malam sudah terbangun. Lalu mandi dan menunaikan ibadah malam. Tahajud telah menjadi bagian kesehariannya sebagai muslim. Lalu ia bangunkan istrinya dengan perlahan. Ia juga mencium kening anak-anaknya sedang masih terlelap. Ia mengejar subuh di terminal agar bisa menuju bandara lebih pagi.

Jarak rumah ke bandara sekitar 90 km. Untuk ditempuh dengan kendaraan umum memang perlu waktu cukup lama. Maka ia sengaja berangkat lebih awal agar tidak terlambat. Semalam ia sudah bercerita kepada anak-anaknya bahwa hari ini ia akan pergi ke Jakarta berangkat dini hari. Jadi mungkin tidak bisa salaman dengan anak-anak. Dan telah disepakati bahwa jika mereka belum bangun cukup salim dan cium keningnya saja...:)

Senyum Randy merekah tipis. Ia diantar istrinya menaiki sepeda motor yang telah lama menemani bekerja.

Hari ini ia akan menjalani peristiwa penting dalam hidupnya. Tandatangan surat PHK!
Melangkah pasti dengan senyuman. Itu yang ia lakukan. Menyapa semua orang yang dijumpai. Di masjid terminal. Di dalam bis, menyapa kondektur. Berbincang dengan tukang ojek yang mengantarkannya ke bandara. Menyapa ramah petugas check-in, senyum pada sekuriti dan ngobrol ringan dengan dengan petugas lounge tempatnya menunggu.

Hari terasa begitu ringan baginya. Ia telah membaca Al Quran pagi ini. Juga dzikir Al Ma'tsurat yang takpernah ketinggalan. Ia sempatkan menyapa teman di ranah twitter. Ia juga telah menulis puisi sebagaimana kebiasaannya setiap pagi. Komplit lah aktivitasnya pagi ini.

Prasojo adalah teman kantornya Randy. Bernasib sama dengannya. Hari ini Prasojo juga akan menandatangani surat PHK. Di tempat yang sama.

Berbeda cerita dengan Randy, Prasojo nampak murung pagi ini. Dia ngga bisa terima keputusan perusahaan yang memecatnya. Wajahnya kusut. Hatinya gundah. Harapannya punah.

"Keputusan ini tidak adil, salah apa aku sehingga harus dipecat!"

Randy berusaha menenangkan teman kerja yang sebentar lagi sama-sama meninggalkan perusahaan mereka. Namun sepertinya Prasojo masih tenggelam dalam kecewa. Ia mengeluhkan keadaan hidupnya. Dan khawatir bagaimana akan menafkahi keluarga besok. Ia belum tahu akan melakukan apa.

"Tenanglah kawan, bukankah rejeki sudah ada yang mengatur. Anak-anak kita sudah ada jatah rejekinya. Tidak akan tertukar dengan siapapun." Randy menghibur.

"Iya, tapi keputusan ini tidak adil. Buktinya sampeyan sendiri, karyawan potensial yang pinter, banyak pengalaman, banyak disukai orang kok malah di-exit-kan.." Tandasnya.

Randy senyum tipis sambil menepuk-nepuk pundah teman sebayanya itu. Yang jelas tanggungan Randy lebih banyak darinya. Namun ia optimis, masa depan akan lebih indah. Seindah rencana Yang Maha Mengatur segalanya.

Dua orang yang sama-sama di-PHK, namun memiliki pemaknaan yang berbeda.
Bagaimana dengan Anda?

Salam persahabatan!
Follow saya di twitter @jumadisubur

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT













Lebih baru Lebih lama