Sufi Kantor

Ternyata dai tidak hanya hadir di mimbar-mimbar masjid, di pesantren salaf, di majelis taklim atau di surau-surau saja. Mereka juga ada di kantor-kantor megah. Tampilannya tidak lagi menggunakan jubah dan surban. Mereka berdasi, berjas, atau kemeja rapi dan uniform kerja lainnya. Mereka profesional kantor seperi yang lainnnya. Hanya yang membedakan mereka punya satu cita-cita, menebar dakwah di kantor dan tempat kerja.

Salah satu contoh yang saya kenal sebut saja Prio, seorang vice presiden di perusahaan telekomunikasi ternama. Usia masih relatif muda, karir yang gemilang, otak cemerlang, supel, dan alim. Wawasannya yang luas dibalut dengan kepribadian yang matang, akhlak yang menawan juga keteguhan iman. Pengetahuan agamanya sangat baik, dan diamalkan. Kepribadian yang sempurna. Dia sering mengisi kajian-kajian agama di kantornya sendiri atau diundang ke kantor atau instansi lain. Dia juga sering mengisi pengajian umum di masyarakat dan khutbah-khutbah jumat di kantor sekitar.

Suatu ketika, saat diminta komentar kenapa dia begitu aktif di kegiatan dakwah agama, dia bilang bahwa pada prinsipnya setiap orang itu dai (penyeru dakwah) sebelum profesinya yang lain. Jadi apapun profesinya seharusnya dilandasi dengan kepribadian dai. Maka seorang karyawan seharusnya juga memegang prinsip bahwa dia seorang dai, yang harus menjalankan agama dengan baik, mengamalkan dan menyeru kebaikan kepada sesama.

Prio memiliki prinsip yang ia pegang erat, sebagai seorang muslim ia ingin terus memperbaiki diri, memperbaiki keluarga, memperbaiki lingkungan dan menyeru kebaikan kepada sesama. Sehingga waktunya benar-benar optimal dan bernilai ibadah. Ia ingin menjadi profesional dalam pekerjaannya, memberikan karya terbaik, menjadi pemimpin terbaik dan menjadi umat Islam terbaik.

"Bukankah seorang itu mulia karena taqwanya?" Tanyanya suatu ketika dengan retorik. Maka dari itu apapun yang dilakukan, dimanapun itu, seharusnya dilandasi dengan taqwa. Termasuk juga dalam bekerja.

Maka dengan prinsipnya itu, dia bisa membagi waktu, menyelesaikan pekerjaan dengan baik, bahkan prestasi yang gemilang, juga ibadah harian yang tidak pernah surut. Ia konsisten membaca Quran, sholat tepat waktu dan terus menyibukkan diri dengan hal-hal positif.

Ternyata sufi-sufi kantor memang ada. Mereka bukan orang yang menghabiskan waktu di musholla saja atau hanya sekedar jenggot panjang dan dahi yang hitam, namun lebih dari itu, mereka mengaktualisasikan diri sebagai muslim yang sempurna. Kaya dengan ide, gagasan dan karya nyata sebagai buah dari kecerdasan akal, kekuatan emosi dan spiritual, juga vitalitas tubuh yang sempurna, sehat badan dan sehat jiwa. Shalih secara pribadi dan shalih sosial.

Bagaimana dengan Anda?

Salam persahabatan!

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT






Lebih baru Lebih lama