Jujur

Joko tiba-tiba kelihatan marah. Durian yang barusan dibelinya tidak sebagus yang diharapkan. Bahkan boleh dibilang buruk. Di bulan-bulan ini memang buah durian sedang banyak dijual, harganya menjadi murah. Sambil ngomel Jacky menyesal membeli durian di pasar Johar. Padahal pedagangnya bilang ini durian bagus. Kualitas terbaik.

Melihat hal tersebut Arna, teman kerjanya, mendatangi Joko dan berkata “Makanya kalo beli durian di Jalan Gajahmada aja, dekat simpang. Bapaknya yang jual baik banget.” Arna menceritakan pengalamannya di tempat yang dimaksud. Penjualnya mengatakan kualitas barangnya dengan sebenarnya. Jika bagus, ia bilang bagus. Jika memang tidak bagus, juga ia katakan kepada calon pembelinya, bahkan menunjukkan letak cacatnya dan ia tidak memberikan kecuali yang terbaik. Begitu cerita itu tersebar sehingga para pelanggannya bertambah. Hampir semua orang di Semarang tahu tempat Bapak penjual durian yang jujur itu. Dekat masjid Baiturahman, tempat ia sholat setiap waktunya tiba.

Ini kisah lain lagi. Seorang anak terlihat serius menyemir sepatu di terminal Kudus. Di depannya, seorang laki-laki muda sedang duduk di kursi sambil membaca koran lokal. Sesekali laki-laki itu mengajak bicara tukang semir tersebut. Setelah selesai, sepatu itu dikembalikan kepada pemiliknya. Laki-laki itu menyodorkan uang lima ribu rupiah sambil mengucapkan terima kasih.

Namun lelaki muda itu kaget ketika sang anak mengembalikan uangnya “Kebanyakan Om… ongkosnya dua ribu saja.”

Dug ! Lelaki muda ini terhenyak. Jawaban itu tiba-tiba serasa petir di hatinya. “It-just-does-not-compute-with-my-logic!” Bayangkan, orang seperti dia masih berani menolak uang yang bukan hak-nya.

Kejujuran.
Sebuah nilai yang agung dan terbukti menjadi kunci segala keberhasilan. Dalam buku The Corporate Mystic, Gay Hendricks dan Kate Ludeman memasukkan kejujuran sebagai poin pertama dari 12 ciri pemimpin abad 21. Setiap pemimpin korporasi yang diwawancarai mengatakan hal yang sama: Rahasia sukses dalam bisnis adalah berkata jujur.

Tokoh spiritual Indonesia, AA Gym sering menyinggung dalam setiap ceramahnya tentang menjadi orang terpercaya sebagai modal utama dalam bisnis. Ippho Santosa, marketer muda Batam yang sedang naik daun memasukkan Be Credible sebagai poin pertama dalam Eternity Marketing-nya. Hermawan Kertajaya memasukkan Guard Your Name, Be Clear and Who Your Are dalam “The 10 Credos of Compassionate Marketing”-nya.

Dan semuanya mencontoh pada kesuksesan Nabi Muhammad dalam berdakwah dan berbisnis dengan modal kejujurannya. Al Amin. Itulah julukan yang diberikan kawan maupun pesaingnya.

Perusahaan bonafid banyak mencantumkan hal yang terkait dengan integritassebagai corporate value,  dalam melakukan bisnis,  Indosat memasukkan Trust dalam poin pertama. Bank BRI juga memasukkan Integritas sebagai nilai-nilai penting dalam perusahaan. Dan saya yakin hampir semua korporasi mengungkap hal ini.

Seorang karyawan yang jujur akan mendapatkan keuntungan ganda, berhasil dalam pekerjaannya dan meraih kepercayaan orang lain. Jika ada pepatah. Juallah diri sebelum menjual produk, itu memang benar adanya. Jika Anda seorang marketer, tanpa memiliki kejujuran akan ditinggalkan oleh pelanggannya. Lebih dari itu kredibilitas pribadinya akan hancur.

Dalam agama, seorang marketer yang jujur dan terpercaya akan mendapatkan limpahan karunia dan berkah dari-Nya. Bahkan pedagang yang jujur mendapatkan kemulian yang setara dengan para syuhada. Jadi, bersikaplah Jujur!

Jadi jika dihubungkan dengan kompetensi, apakah integritas termasuk dalam keunggulan yang harus dimiliki karyawan dalam bekerja?

Salam Persahabatan!
@JumadiSubur


Lebih baru Lebih lama