Selalu Maju dengan Karya Baru



Suatu kali dalam sebuah pelatihan, saya meminta peserta mengambil selembar kertas dan membuat pesawat (paper air plane). Setelah semua menyelesaikan tugasnya, saya minta mereka berdiri dan menerbangkan pesawat tersebut secara serentak. Agar lebih seru, saya tawarkan hadiah untuk pesawat yang paling jauh atau mengenai sasaran tertentu.

Kelas jadi riuh. Semua berlomba menerbangkan pesawat. Namun ternyata tidak satu pun pesawat yang mengenai sasaran, karena hampir semua pesawat itu belok sebelum jauh terbang. 


Hei, ada yang aneh.
Semua orang membuat pesawat dengan cara dan model yang sama. Mulai dari lipatan pertama, lalu membutnya melipat miring mirip segitiga hingga jadi pesawat. Hehe. Mungkin anda juga akan melakukan hal yang sama kan?

Padahal anda tahu? Ada sebuah buku yang berjudul “365 Tiny Paper Air Planes” yang berisi kreasi pesawat dari kertas dalam berbagai bentuk dan model. Anehnya hampir semua orang masih membuat dengan cara yang sama. Bahkan cara itu juga yang sudah dipakai oleh orang-orang sebelum kita. Dari puluhan tahun lalu, bahkan.

Mungkin akan sama jika kita diminta menggambar pemandangan. Hampir pasti tidak jauh dari gambar dua gunung yang di tengah-tengahnya ada matahari, jalan berkelok dengan pepohonan di sisinya.

Kita memang tidak menerima pelajaran tentang inovasi, mencipta kreasi atau berpikir berbeda saat kita sekolah. Karena itu harus kita mulai sekarang. Be Creative. Be Innovative. Be Different.


Bila ingin maju, majulah bersama ilmu. Jika ingin menghasilkan karya baru, carilah ilmu.

Dalam hidup, posisi ilmu sangat penting, sebagaimana oksigen untuk bernafas. Ilmu takbisa dipisahkan dari irama kehidupan. Menuntut ilmu itu dari ayunan hingga liang lahat. Sepanjang hayat. Begitu kata orang bijak.

Alasan klasik yang sering diungkapkan untuk menghindar dari belajar adalah karena maisyah (karir, pekerjaan). Seakan yang diwajibkan belajar itu hanya anak-anak yang masih sekolah atau di bangku kuliah, selebihnya hanya fokus mencari nafkah. Sehingga banyak potensi terhenti dan tak berkembang lagi.

Padahal telah jelas spiritnya, belajar sepanjang masa. Seseorang yang sibuk bekerja melulu, tanpa tuntutan mengembangkan ide, ketrampilan dan wawasan, maka ketrampilannya menjadi beku. Salah satu kebiasaan efektif menurut Stephen Covey adalah ‘mengasah gergaji’ (sharpen the saw). Sesibuk apapun kita menggergaji, tetap saja kita harus berhenti untuk mengasah gergaji.

Apa saja yang bisa anda lakukan untuk mengasah kecerdasan intelektual? Membaca, mengikuti pelatihan, melakukan apresiasi karya, menambah wawasan, menulis, latihan debat, bermain puzzle, mempelajari hal baru, dan banyak lagi.

Dalam hal mengasah gergaji dan mengembangkan potensi,  pertimbangan yang tak kalah penting adalah hendaknya profesi yang kita geluti menjadi wadah dan sarana untuk mengembangkan potensi, menambah pengetahuan dan menumbuhkan diri. Atau minimal tidak terhalangi untuk tetap mengkaji ilmu-ilmu syarí agar iman terus bertumbuh di hati.

Wal hasil, selagi pekerjaan itu halal, lalu kita masih memiliki kesempatan untuk mengasah potensi, menambah kafaah (pengetahuan) dan terus bisa beribadah dengan mudah, tetap dapat berkontribusi dalam dakwah, mudah-mudahan termasuk dalam kategori maisyah yang membawa berkah. Alangkah indah!

Lebih baru Lebih lama