Musibah Bagi Sang Pejuang



Berbeda dengan kegagalan, yang lebih berkaitan dengan masalah teknis dalam menuju sukses, musibah bisa jadi sesuatu yang terjadi dan bukan merupakan hal teknis, tetapi semacam tantangan baru yang diberikan Allah untuk menguji kinerja seorang pejuang. Musibah bisa berupa kejadian non-teknis, misalnya kehilangan orang yang dicintai atau kehilangan bagian fisiknya, seperti pendengaran, penglihatan, atau kebebasan dirinya.

Seperti Rasulullah ketika dalam waktu yang hampir bersamaan kehilangan istri tercinta dan paman yang menyayangi Beliau. Atau orang-orang terdahulu, ada yang mengalami musibah berupa kebutaan, kelumpuhan, bahkan ada yang harus mendekam dalam penjara.

Bukan masalah fisik yang menjadi beban para pejuang itu, tetapi guncangan jiwa. Hal ini juga bisa terjadi kepada kita yang merasa manusia biasa. Musibah kadang hadir dalam kehidupan kita dan menjadi semacam guncangan jiwa yang tiba-tiba memengaruhi perjuangan menuju sukses.

Apa pengaruh musibah ini bagi para pejuang? Bisa jadi guncangan jiwa itu menyebabkan seorang pejuang kehilangan rasa percaya diri, mengubah image yang selama ini terbentuk di tengah lingkungannya, membabat habis harapan-harapannya, bahkan bisa menghadirkan keputus-asaan.

Lantas apa yang harus kita lakukan saat musibah itu datang? Seorang pejuang sejati selalu memiliki cara untuk menyiasati musibah. Pertama, mempertahankan ketenangan. Sikap inilah yang akan membuat seorang pejuang melihat segala sesuatu dengan cara proporsional dan seimbang. Guncangan itu bisa ia stabilkan dengan ketenangan sikap.

Kedua, mempertahankan harapan, sebab harapan adalah rahmat Allah untuk umat-Nya yang mau berjuang. Harapan adalah keyakinan akan datangnya rahmat Allah dan keyakinan bahwa Allah mampu melakukan apa pun yang Ia kehendaki.

Ketiga, mempertahankan keberanian. Seorang pejuang selalu memiliki keberanian untuk bertindak, mengambil inisiatif, dan selalu bekerja dengan energi luar biasa. Keempat, mempertahankan semangat kerja. Selalu ada ruang untuk bertindak di antara keterbatasan-keterbatasan itu. Selalu ada ruang tersedia untuk amal dan karya.

Itulah yang menjelaskan kenapa ada orang yang mampu menghasilkan karya fenomenal dalam kesempitan hidupnya. Ada yang menghasilkan karya meski menderita kebutaan, kelumpuhan, ketika musibah besar melanda kampungnya, kehilangan sebagian keluarganya, atau bahkan sedang mendekam di penjara. []


Lebih baru Lebih lama